Senin, 02 Okt 2023
Beranda
Cari
Menu
Bagikan
Lainnya
5 Sep 2018 08:56 - 15 menit membaca

Cara Membuat Dan Membaca Peta

Bagikan

Cara Membuat Peta

Sebagai gambaran wilayah geografis, peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Peta dapat menunjukkan banyak informasi penting, mulai dari daerah Anda sampai daerah Himalaya yang bergunung-gunung atau sampai kedalaman dasar laut.
Peta bisa menjadi petunjuk bagi pelancong/wisatawan, atau menjelaskan dunia dengan menyertakan jenis informasi geografi khusus. Peta juga dapat mengundang eksplorasi. Peta dapat digambar dengan berbagai gaya, masing-masing menunjukkan permukaan yang berbeda untuk subjek yang sama yang memungkinkan kita untuk men-visualisasikan dunia dengan mudah, informatif dan fungsional.
Berikut ini akan dijelaskan tahapan-tahapan dalam pembuatan sebuah peta. Didalam pembuatan peta, ada beberapa prinsip pokok yang harus diperhatikan. Yang dimaksud pembuatan peta dalam modul ini bukan dalam pengertian pemetaan wilayah.
Langkah-langkah prinsip pokok dalam pembuatan peta adalah:
  1. menentukan daerah yang akan Anda petakan;
  2. membuat peta dasar (base map) yaitu peta yang belum diberi simbol;
  3. mencari dan mengklarifikasikan (menggolongkan) data sesuai dengan kebutuhan;
  4. membuat simbol-simbol yang mewakili data;
  5. menempatkan simbol pada peta dasar;
  6. membuat legenda (keterangan), dan 
  7. melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar.

1.  Tata cara penulisan pada peta 

Untuk membuat tulisan (lettering) pada peta ada kesepakatan di antara para ahli (kartografer) yaitu sebagai berikut: 
a  Nama geografis ditulis dengan bahasa dan istilah yang digunakan penduduk setempat. Contoh: Sungai ditulis Ci (Jawa Barat), Kreung (Aceh), Air (Sumatra Utara). Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan menggunakan huruf miring.
1-4205742
Gambar contoh penulisan sungai

b  Nama jalan di tulis harus searah dengan aras jalan tersebut, dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
1-3276216
Gambar contoh penulisan jalan

2.  Memperbesar dan memperkecil peta 

Setelah Anda memahami langkah-langkah dalam membuat peta, macam-macam simbol peta dan penggunaannya, sekarang kita pelajari bagaimana cara memperbesar dan memperkecil peta.

a  Memperbesar peta.

Untuk memperbesar peta yang dapat Anda lakukan yaitu: 
❤ 1)  Memperbesar grid (sistem kotak-kotak). Langkah-langkah yang harus Anda lakukan adalah: 
  1. Buat grid pada peta yang akan diperbesar; 
  2. Buat grid yang lebih besar pada kertas yang akan digunakan untuk menggambar peta baru, pembesarannya sesuai dengan rencana pembesaran. 
  3. Memindahkan garis peta sesuai dengan peta dasar ke peta baru. 
  4. Mengubah skala, sesuai dengan rencana pembesaran.
Contoh: Peta berskala 1 : 100.000 akan diperbesar 2 kali, maka skala menjadi  1 : 50.000.
1-6763676
Gambar cara memperbesar peta dengan memperbesar grid

2)  Fotocopy

Cara lain memperbesar peta adalah dengan cara fotocopy peta tersebut. Bila Anda ingin memperbesar peta gunakanlah mesin fotocopy yang dapat memperbesar peta. Dengan fotocopy, untuk peta yang menggunakan skala garis atau skala tongkat tidak ada masalah, karena panjang garis atau tongkat mengikuti perubahan. Peta dengan skala angka harus  diubah dulu skalanya menjadi skala garis sebelum di fotocopy.
Contoh: Mengubah skala angka ke skala garis………..
1-9039738
Contoh Mengubah skala angka ke skala garis
Artinya, jarak 10 cm di peta mewakili jarak 10 km di lapangan.

3)  Menggunakan alat pantograf 

Selain dengan memperbesar grid dan memfotocopy untuk memperbesar peta Anda dapat menggunakan alat pantograf. Pantograf adalah alat untuk memperbesar dan memperkecil peta.

b  Memperkecil Peta 

Bila Anda ingin memperkecil peta, caranya sama dengan memperbesar peta yaitu: 1) memperkecil peta; 2) memfotocopy peta dengan mesin fotocopy yang dapat memperkecil peta; dan 3) menggunakan pantograf.
1-1732117
Gambar sketsa dari pantograf
Pantograf dapat dipakai untuk mengubah ukuran peta  sesuai yang diinginkan. Pada dasarnya, kerja pantograph berdasarkan jajaran genjang. Tiga dari empat sisi jajaran b genjang (a, b dan c) mempunyai skala faktor yang sama. Skala pada ketiga sisi tersebut dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan, yaitu memperbesar atau memperkecil peta.
Rumus yang digunakan adalah : m/M x 100; Contoh: Suatu peta akan diperbesar 5 kali lipat. 
Diketahui: 
  • m  = 1 (besar peta yang asli) 
  • M  = 5 (besar peta yang akan dibuat) 
  • Maka skala faktor = ½ x 500 = 100
Setelah didapat besarnya skala faktor, lalu pantograf diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing lengan pantograf mempunyai skala faktor sama dengan 100.
Caranya: 
  • Peta yang akan diperbesar letakkan ditempat B dan kertas gambar kosong letakkan di tempat gambar A yang sudah dilengkapi pensil. Kemudian (dijiplak) gerakkan B mengikuti peta asal, melalui kaca pengamat.

Cara Membaca Peta

Dalam membaca peta, Anda harus memahami dengan baik semua simbol atau informasi yang ada pada peta. Kalau Anda dapat membaca peta dengan baik dan benar, maka Anda akan memiliki gambaran mengenai keadaan wilayah yang ada dalam peta, walaupun belum pernah melihat atau mengenal medan (muka bumi) yang bersangkutan secara langsung.
Ada beberapa hal perlu ketahui dalam membaca peta antara lain: 
  • isi peta dan tempat yang digambarkan melalui judul; 
  • lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur; 
  • arah, melalui petunjuk arah (orientasi); 
  • jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta; 
  • ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis kontur. 
  • kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang berdekatan. 
  • sumber daya alam, melalui keterangan (legenda); 
  • ketampakkan alam, misalnya relief, pegunungan/gunung, lembah/sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota. Ketampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta.

Selanjutnya kita dapat menafsirkan peta yang kita baca, antara lain sebagai berikut: peta yang banyak gunung/pegunungan dan lembah/sungai, menunjukkan bahwa daerah itu berelief kasar; alur-alur yang lurus, menunjukkan bahwa daerah itu tinggi dan miring, jika alur sungai berbelok-belok (berbentuk meander), menunjukkan daerah itu relatif datar; pola (bentuk) pemukiman penduduk yang memusat dan melingkar; menunjukkan daerah itu kering (sulit air) tetapi di tempat-tempat tertentu terdapat sumber-sumber air.
Dengan membaca peta Anda akan dapat mengetahui: 
  1. jarak lurus antar kota; 
  2. keadaan alam suatu wilayah, misalnya suatu daerah sulit dilalui kendaraan karena daerahnya berawa-rawa; 
  3. keadaan topografi (relief) suatu wilayah; 
  4. keadaan penduduk suatu wilayah, misalnya kepadatan dan persebarannya.
  5. keadaan sosial budaya penduduk, misalnya mata pencaharian, persebaran sarana kota dan persebaran permukiman.

Membuat peta dengan alat bantu sederhana 

Proses penerapan pembuatan peta yang dilakukan secara sederhana meliputi pengukuran langsung dan pembuatan peta tematik secara sederhana. Metode pembuatan peta dimulai dengan pemetaan daerah sempit, dan kemudian dilajutkan secara bertahap, hingga mencakup daerah yang luas. Alat yang digunakan adalah kompas megnetik dan pita ukur, yang panjangnya 50 meter dan dapat digulung.
Pengukuran dilakukan dengan metode berantai. Berikut adalah hal yang perlu diperhatikan dalam metode pembuatan peta dengan alat bantu meteran dan kompas. 
  1. Unsur-unsur yang diukur adalah sudut arah (azimuth magnetik) dan jarak. 
  2. Tahap pengukuran dimulai dari daerah yang sempit kemudian diteruskan secara bertahap sampai mencakup daerah luas. 
  3. Sudut arah (azimuth magnetis) diukur dengan menggunakan alat kompas magnetik. Jarak dapat diukur dengan menggunakan pita ukur dari logam tipis yang dapat digulung, misalnya pita ukur sepanjang 50 meter. 
  4. Pengukuran jarak dan arah (azimuth magnetis) dilakukan pada garis ukur pokok atau segment garis.

Teknis tentang pengukuran arah dan jarak 

1. Sudut arah (Azimuth) 
Arah orientasi merupakan salah satu unsur utama dalam proses pengukuran untuk membuat peta, khususnya peta umum. Pada umumnya setiap peta memiliki arah utama yang ditunjukkan ke arah atas (utara). Terdapat 3 (tiga) arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta :
  1. Utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan kutub magnetis. 
  2. Utara sebenarnya (utara geografis), atau utara arah meridian. 
  3. Utara grid, yaitu utara berupa garis tegak lurus pada garis horizontal di peta.

Ketiga macam arah utara itu dapat berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah utara ini perlu diketahui sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah pada peta. Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling mudah ditetapkan, yaitu dengan pertolongan kompas magnetik. 
Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan arah dari suatu obyek ke tempat obyek lain searah jarum jam disebut sudut arah atau sering disebut azimuth magnetis. Pada peta yang dibuat dengan menggunakan kompas, maka perlu diberikan penjelasan bahwa utara yang digunakan adalah utara magnetis.
Contoh: 
  • Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70º 
  • Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310º
1-3115390
Gambar sudut arah utatra magnetis
2.  Pengukuran jarak 
Perlu Anda ketahui bahwa jarak yang dapat digambarkan secara langsung pada peta adalah jarah horizontal, bukan jarak miring. Oleh karena itu, jarak horizontal AB yang akan digambarkan pada peta.
1-3847824
Gambar jarak miring dan jarak horizontal
Cara pengukuran jarak horizontal yang sederhana pada daerah miring adalah sebagai berikut. Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan menggunakan water pass sehingga mendekati horizontal. Untuk jarak yang panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A – D adalah d1 + d2 + d3.
1-4401040
Gambar cara pengukuran sederhana pada daerah miring
Untuk daerah datar, pengukuran jarak tidak mengalami masalah. Namun ada kalanya pada daerah yang datar terdapat hambatan. Hambatan ini terutama terjadi pada daerah datar yang memiliki garis ukur yang panjang, yaitu adanya obyek penghalang seperti sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A sehingga diperoleh garis AC.
1-8741829
Gambar sungai, garis A-B, dan garis C
Menempatkan titik D tepat ditengah-tengah AC. Kemudian menarik garis dari B ke D hingga di bawah titik C.
1-8188144
Gambar sungai, garis A-B, garis C dan garis D
Kemudian membuat garis tegak lurus ke bawah terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi perpotongan (titik E).
1-3094208
Gambar perpotongan titik E dan garis yang ditarik B D
Pada gambar dibawah, diperoleh segitiga ABD dan CED yang sama dan sebangun sehingga jarak AB yang akan kita ukur sama dengan jarak CE.
1-8975313
Gambar hasil pengukuran diperoleh segitiga ABD dan CED
1-1662141
Gambar pengukuran tak terhalang bukit

3. Tahap-tahap pengukuran jarak dan arah

Berikut ini adalah tahap-tahap yang harus Anda lakukan dalam memetakan suatu wilayah dengan alat bantu meteran dan kompas. Misalnya, kita akan memetakan suatu jalur jalan A – B. Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, meliputi ukur pokok ditunjukkan oleh garis 1 – 2, 2 – 3, 3 – 4, dan 4 – 5.
Azimuth magnetis diukur dari utara magnetis (UM) ke garis pokok. Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat obyek, seperti bangunan, pagar, atau aliran sungai, maka obyek tersebut dapat dipetakan dengan cara mengukur jarak tegak lurus dari titik pada garis ukur pokok ke titik yang mewakili obyek tersebut. Garis ini disebut  offset.
Pada contoh di bawah ini, terdapat obyek rumah di pinggir garis ukur pokok 1 – 2. Pada gambar 2.30. offset 01, 02, 03, 04 dan 05 dibuat tegak lurus terhadap garis ukur dari titik A ke titik A¹. Panjang offset 02 diukur dari titik a ke titik a¹, dan seterusnya.
1-9425629
Gambar alur jalan A – B

4. Penggambaran hasil pengukuran 

Setelah pengukuran selesai, baik jarak maupun arahnya, maka Anda harus menggambar garis garis ukur tersebut sesuai dengan  skala yang sudah ditentukan. Gambarlah juga obyek-obyek yang telah Anda ukur jaraknya dari garis ukur (jarak offset) dengan menggunakan simbol simbol tertentu.

5. Koreksi kesalahan 

Permasalahan yang sering timbul pada pemetaan dengan alat sederhana adalah sebagai berikut: 
  1. Kesalahan membaca arah (azimuth magnetis) pada kompas yang kurang cermat. 
  2. Kesalahan mengukur jarak dengan meteran.
Kesalahan tersebut terutama terjadi pada garis garis ukur yang membentuk poligon tertutup.Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit. Namun pada penggambarannya, titik tidak berhimpit, namun menjadi A¹. Hal ini perlu dikoreksi dengan menggunakan jarak kesalahan secara proporsional di tiap titik B, C, D dan E.
Caranya adalah sebagai berikut :
  • Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama dengan jarak pada poligon A, B, C, D, E. Misalnya jarak A – B pada poligon 5 cm, maka jarak pada garis A – B juga 5 cm. Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E – A¹. Buatlah garis tegak lurus ke atas dari titik A¹ sesuai dengan panjang kesalahannya, yaitu a. Dari garis kesalahan tersebut tarik garis ke titik A. Buatlah  garis yang sejajar dengan garis kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E.
1-4605772
Gambar cara untuk mengoreksi kesalahan secara proporsional

Pemanfaatan peta 

Pembuatan peta sudah dikenal manusia sejak sebelum  masehi, yaitu oleh masyarakat mesir yang tinggal di lembah sungai Nil  yang subur. Awal timbulnya pemetaan ini, dikarenakan kekhawatiran atas tanda pada tanah yang mereka miliki takut hilang terbawa banjir. Sedangkan pada abad ke 3 pembuatan peta oleh Claudius Ptolemeus seorang ahli kartografi Yunani, telah digunakan Cristoper Colombus tahun 1492 untuk melakukan penjelajahan dunia, antara lain dengan diketemukannya benua Amerika.
Pemaparan di atas merupakan contoh pemanfaatan peta oleh manusia yang sudah berlangsung sejak dulu. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang pemetaan, pemanfaatan peta untuk menunjang aktivitas kehidupan manusiapun makin meluas, baik dalam keperluan sipil maupun militer.
Beberapa pemanfaatan peta, antara lain: 
  1. Petunjuk lokasi suatu wilayah di permukaan bumi. 
  2. Menggambarkan luas, bentuk, dan penyebaran berbagai gejala di muka bumi. 
  3. Penentu jarak dan arah berbagai tempat di muka bumi. 
  4. Sumber keterangan keadaan sosiografis dan fisiografis suatu wilayah seperti jumlah penduduk, potensi sumberdaya alam, relief, iklim, jenis vegetasi, dan lain-lain. 
  5. Sarana penerangan wilayah, seperti digunakan oleh pemerintah dan militer. 
  6. Dokumen.
Untuk dapat memanfaatkan peta dengan baik dan benar, maka cara-cara penggunaannya harus dikuasai terlebih dulu. Apabila anda ingin menggunakan peta, perhatikan hal-hal berikut: 
  1. Informasi apa yang akan anda cari dalam peta. 
  2. Sesuaikah judul peta yang anda gunakan dengan informasi yang akan dicari. 
  3. Apabila informasi yang anda butuhkan adalah kondisi saat ini, maka lihatlah tahun pembuatannya, karena peta yang menggambarkan obyek mudah berubah (seperti penggunaan lahan) kemungkinan saat ini sudah ada perubahan. 
  4. Amati legenda dengan seksama, agar anda terhindar dari kesalahan informasi yang terdapat dalam peta. 
  5. Perhatikan pula skala yang tercantum pada peta, sehingga anda dapat mengetahui perbandingan ukuran atau jarak pada peta dengan di lapangan.

Mengenal penginderaan jauh

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedirgantaraan menyebabkan pembuatan peta saat ini dilakukan melalui teknik penginderaan jauh. Penginderaan jauh atau lebih dikenal dengan istilah inderaja merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh data di permukaan bumi.
Di dalam perkembangannya, inderaja seringkali berfungsi sebagai suatu ilmu seperti yang dikemukakan Everett dan Simonett (1976), bahwa penginderaan jauh merupakan suatu ilmu, karena terdapat suatu sistimatika tertentu untuk dapat menganalisis informasi dari permukaan bumi, ilmu ini harus dikoordinasi dengan beberapa pakar ilmu lain seperti ilmu geologi, tanah, perkotaan dan lain sebagainya.
Pendapat lain menurut Lillesand & Kiefer (1994) mengenai inderaja adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji.
Penginderaan jauh yang dalam bahasa Inggris dikenal  remote sensing, meskipun masih tergolong pengetahuan baru namun pemakaiannya cukup pesat, seperti untuk memperoleh informasi yang tepat dari seluruh Indonesia yang luas, mendeteksi sumber daya alam, daerah banjir, kebakaran hutan, sebaran  ikan di laut, dan sebagainya. Peta penginderaan jauh digambar berdasarkan hasil rekayasa dari foto udara atau foto satelit.
Hasil rekaman kamera atau sensor yang dibawa oleh pesawat terbang dan satelit diolah terlebih dahulu sebelum diterjemahkan menjadi peta. Penyajian informasi geografis melalui peta hasil penginderaan jauh lebih lengkap, dibuat dalam waktu relatif singkat, dan dapat menggambar perubahan kenampakan tertentu di permukaan bumi.
Masukkan data atau hasil observasi inderaja dinamakan citra. Citra dapat diartikan sebagai gambaran yang tampak dari suatu obyek yang  sedang diamati, sebagai hasil liputan atau rekaman suatu alat pemantau. Menurut Simonett, dkk (1983) Citra adalah gambar rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran pada foto) yang didapat dengan cara optik, electrooptik, optik-mekanik, atau electromekanik.
1-9831489
Gambar hasil inderaja berupa foto udara yang diubah menjadi peta rupa bumi
Kendaraan yang membawa alat pemantau untuk melakukan inderaja disebut wahana. Berdasarkan ketinggian peredaran wahana, tempat pemantauan atau pemotretan dari angkasa ini dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu: 
  1. Pesawat terbang rendah sampai medium (Low to medium altitude aircraft), dengan ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra foto (foto udara). 
  2. Pesawat terbang tinggi (high altitude aircraft) dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah foto udara dan Multispectral Scanner Data. 
  3. Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra satelit.

Untuk memudahkan Anda memahami tentang pengertian umum sistem penginderaan jauh maka sistem penginderaan jauh beserta komponen-komponennya disajikan secara skematik pada gambar berikut :
1-2529895
Gambar sistem Penginderaan Jauh
Sumber tenaga yang digunakan pada teknik pengambilan data obyek dari penginderaan jauh yaitu matahari sebagai sumber utama tenaga elektromagnetik alami. Inderaja yang memanfaatkan tenaga alamiah disebut penginderaan jauh sistem pasif.
Sedangkan sumber tenaga buatan digunakan dalam penginderaan jauh sistem aktif. Tenaga tersebut mengenai obyek di permukaan bumi yang kemudian dipantulkan ke sensor. Ia juga dapat berupa tenaga dari obyek yang dipancarkan ke sensor.
Jumlah tenaga matahari yang mencapaui bumi (radiasi) dipengaruhi oleh waktu (jam, musim), lokasi dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlahnya pada pagi atau sore hari. Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan musim.
Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat mencapai permukaan bumi secara utuh, karena sebagian dari padanya mengalami hambatan oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.
Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan merekam suatu obyek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut resolusi spasial. Semakin kecil obyek yang dapat direkam oleh sensor semakin baik kualitas sensor itu dan semakin baik resolusi spasial dari citra.
1-1066556
Gambar interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer (Paine, 1981)

RANGKUMAN 

Membuat peta adalah sebuah pekerjaan teknik dan seni. Ada beberapa langkah yang  merupakan prinsip pokok dalam pembuatan peta yaitu: menentukan daerah yang akan Anda petakan, membuat peta dasar, mencari dan mengklasifikasikan data sesuai kebutuhan, membuat simbol-simbol yang mewakili data, menempatkan simbol pada peta dasar, membuat legenda (keterangan), dan melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar. Untuk membuat tulisan pada peta ada kesepakatan di antara para ahli (kartografer).
Ada beberapa hal perlu ketahui dalam membaca peta antara lain: isi peta dan tempat yang digambarkan, melalui judul; lokasi daerah, melalui letak garis lintang dan garis bujur; arah, melalui petunjuk arah (orientasi); jarak atau luas suatu tempat di lapangan, melalui skala peta; ketinggian tempat, melalui titik trianggulasi (ketinggian) atau melalui garis kontur; kemiringan lereng, melalui garis kontur dan jarak antara garis kontur yang berdekatan; sumber daya alam, melalui keterangan (legenda); ketampakkan alam, misalnya relief, pegunungan / gunung, lembah / sungai, jaringan lalu lintas, persebaran kota. Ketampakan alam ini dapat diketahui melalui simbol-simbol peta dan keterangan peta.
Demikian pembahasan tentang Cara Membuat Dan Membaca Peta, semoga bermanfaat. Silakan menyimk tema menarik yang lainnya………..

Dan berbagai tema menarik lainnya pada blog ini. Terimakasih atas kunjungan Anda.

- - Apa itu karya 3 dimensi dan contohnya?