Pendidikan adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa (Suyitno.2004:1). Agar tujuan pendidikan tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga antara komponen satu dengan komponen lain dapat berinteraksi secara harmonis (Suhito, 2000:12).
Salah satu komponen dalam pendidikan adalah pemanfaatan berbagai strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi,siswa dan konteks pembelajaran. (Depdiknas. 2003;1). Dalam pembelajaran SBK salah satu upaya yang dilakukan guru adalah dengan menggunakan Model Pembelajaran terpadu.
Fungsi Pendidikan Seni adalah sebagai berikut :
a) Pendidikan seni sebagai penunjang kebudayaan.
Kebudayaan atau budaya suatu bangsa umumya tarcermin dari bentuk karya dan kegiatan seninya. Pendidikan seni di negara kita harus berakar dari budaya indonesia, dan kenyataan saat ini generasi muda acuh dan jenuh untuk mempelajarainya. Pada Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional nomor 2 tahun 1989 adalah menanamkan kesadaran dan kebangggan akan budaya yang digali dari bumi Indonesia untuk disampaikan kepada peserta didik.
 |
Kegiatan menggambar wayang kulit; Sarana menanamkan kesadaran dan kebanggaan budaya Indonesia |
Kurikulum pendidikan seni di lembaga pendidikan harus di upayakan untuk dikembangkan atas dasar keinginan memanjukan kebudayaan nasional. Pendidikan seni diberbagai jejang termasuk di tingkat sekolah dasar.
b) Pendidikan Seni Sebagai Penunjang Perkembangan Peserta didik.
Anak didik merupakan pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Berbagai upaya yang dilakuakn guru untuk mengembangkan potensi peserta didik, hal ini dipertegas dalam pengembangan kurikulum yang diawali John Dewey (1902) dan dikembangkan Hilda Taba (1945).
Ada tiga hal pokok yang dipertimbangkan dalam merencanakan kurikulum yaitu masyarakat, peserta didik,serta pengetahuan dan sistim keilmuan (Karhami, 2000, 285). Dalam kontek pengembangan potensi manusia sejak dini inilah pendidikan seni memberikan kontribusi yang sangat sifnifikan. Mengapa demikian, karena karakteristik yang unik dari seni memberikannya kemampuan sebagai jalan belajar berbagai disiplin ilmu lainya.
 |
Gambar Rumah Karya Anak SD; Anak ini berbakat sebagai Arsitek |
Untuk beberapa potensi yang domiliki manusia, seni bahkan menempati peran yang pokok dalam mengembangkan potensi kreatif dan potensi diri. Kegiatan anak dalam seni mendorong pembelajaran untuk meningkatkan daya kreativitas yang dimiliki serta percaya terhadap potensi yang dimilikinya hal tersebut karena kesempatan untuk bereskpresi secara optimal melalui seni.
c) Seni Sebagai Pendidikan Kreativitas
De Francesco (1958) menyatakan pendidikan seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu yaitu pengembangan mental, kreativitas, estetika, sosial dan fisik. Aspek kreativitas sebagai salah satu aspek pokok dalam pembelajaran seni mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Dalam kehidupan sekarang ini, orang yang berdaya kreatif sangat dibutuhkan guna mengembangkan ide – ide yang kontruktif yang pada gilirannya akan membantu pemerintah dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Pembinaan kreatifitas manusia sebaikya dilakukan sejak usia dini. Kondisi lingkungan yang kondusif dan tersedianya kesempatan melakukan berbagai kegiatan kreatif bagi anak – anak akan sangat membantu dalam mengembangkan budaya kreativitasnya. Perlu diingat bahwa dunia anak – anak merupakan awal perkembangan kreativitasnya.
 |
Kegiatan berkreasi membuat membuat anyaman |
Kreativitas nampak di awal kehidupan anak dan sering kali tampil untuk pertama kalinya dalam bentuk permainan anak-anak (Hurlock,1985:328). Seni sebagai bagian dari kegiatan bermain menempati kedudukan yang sangat penting dalam pendidikan umum,terutama di Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
Melalui pendidikan Seni kita dapat memanfaatkan masa keemasan tersebut untuk berekpresi secara kreatif dalam ragka membina dan mengembangkan daya kreativitasnya. Masa keemasan berekpresi kreatif diungkapkan oleh Pierre Duquette dalam seminar Pendidikan Seni Internasional yang diselenggarakan di Brisol.
Ia juga menegaskan bahwa pada anak-anak usia dibawah 10 tahun merupakan The golden age creative expresion. Ekpresi artistik merupakan kebutuhan anak-anak, Oleh karena itu kebebasan berkarya dengan berbagai media dan metode pada kegiatan seni anak-anak menjadi pendekatan utama dalam pendidikdn seni. Pendidikan Seni merupakan wahana dan cara yang paling tepat untuk mengembangkan kreativitas sejak dini.
Pendidikan seni lebih mengacu pada fitrah. Lebih dini artinya bukan hal yang lumrah, tetapi harus diartikan “wajib” dilakukan sejak dini, dan didasari oleh orang dewasa. Alasanya, bila dilaksanakan terlambat dimana anak sudah melewati masa kanak-kanaknya, pembinaan hanya akan efektif disampaikan pada sekelompok kecil siswa saja yaitu yang berbakat seni lebih besar dari siswa lainya.
d) Seni Sebagai Media Ekpresi
Seni atau karya seni dihubungkan dengan karakter kejiwaan manusia. Manusia dihadapkan dengan perasaan suka, senang, sedih, sakit, duka, gembira, ceria, suka cita dan sebagainya, adalah contoh perilaku manusia yang sering tampak, ataupun bisa saja tidak tampak, kecuali manusia pelakunya saja yang merasakan.
Perilaku kejiwaan tersebut di atas sering muncul dalam bentuk ekpresi nyata. Sebagai contoh seseorang karena kesedihannya yang sangat dalam ia menangis dan menjambak rambutnya sendiri. Contoh lain oleh Benyamin S seorang tokoh seniman Betawi, ia merasakan sakit dipatil ikan sembilang, kemudian menciptakan lagu dan dinyanyikan sendiri. dan akrirnya lagu itu untuk pendengarnya. Karya seni diatas adalah karya yang didahului kejiwaan.
Apakah karya seni selalu dilatar belakangi kejiwaan. Mungkin ada yang sepert yang di atas mungkin tidak seorang bisa meniru bentuk alam, memotret alam dan tidak melibatkan unsur kejiwaan. Ada juga yang memasukkan unsur kejiwaannya sebagai latar belakang menciptakan karya seni.
Herbert Read merumuskan tentang kedudukan ekpresi seni dalam proses penciptaan seni:
1) Pengamatan terhadap materiil
2) Penyusunan hasil pengamatan
3) Pemanfaatan susunan itu untuk mengekpresikan emosi atau perasaan yang dirasakan sebelumya.
Herbet Read juga menyatakan bahwa desain yang estetis sudah cukup 2 tahap, tetapi untuk membuat desain yang estetis itu menjadi karya seni.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa seni adalah susunan material yamg memiliki nilai estetis yang digunakan untuk mengekpresikan suatu perasaan atau emosi tertentu. Pentingnya pendidikan Emosi telah diungkapkan para ahli pendidikan sejak lama. Fransesco (1958), seorang ahli pendidikan seni mengemukakan tugas pendidikan seni antara lain sebagai penghalus rasa dan pendidikan emosi.
Dikemukakan, penguasaan emosi sangatlah penting, khususnya pada manusia di zaman moderen. Dalam seni emosi disalurkan ke dalam wujud yang memiliki nilai ekpresi-komunikasi. Kegiatan penguasaan dan penyaluran ekpresi tadi menjadi dinamis dan bersemangat. Perhatian kepada emosi semakin besar.
Studi psikologi telah menemukan adanya kecerdasan emosi (emitional intellegence) yang saat ini mulai dibicarakan. Psikologi telah mempelajari bahwa otak memainkan peranan dalam berbagai kegiatan manusia dalam fungsi-fungsi : Kognitif, afektif (emosional, sosial), fisik (gerak) dan intuitif (Clark, dalam Hanna Widjaja, 1996). Untuk mencapai perkembangan integral, semua fungsi ini perlu dikembangkan.
Ditengarai, bahwa dalam kehidupan nyata, banyak persoalan yang dipecahkan secara jitu dengan menggunakan kecerdasan emosi yang seringkali mendahului berjalanya kecerdasan rasio (intelegensi). Orang sering membedakan antara tindakan yang menggunakan otak dan hati. Mungkin sekali, nenek moyang kita zaman dahulu banyak mengaktifkan kecerdasan emosi dalam menghadapi tantangan lingkunganya.
Menurut Daniel Golemen, pakar dalam studi kecerdasan emosi, kompetensi dalam pengendalian emosi atau kecerdasan emosi (EQ) dapat dipelajari dan ditingkatkan. Dikaitkan dengan ini pendidikan seni banyak melibatkan emosi, intuisi, dan emajinasi dapat dijadikan salah satu cara yang tepat untuk mengebangkan kecerdasan emosi.
Lebih jauh lagi, pendidikan seni dapat juga menjadi semacam penyebuh (therapy) atau penyehat mental dalam hal tercapainya kepuasan dan keberanian baru. Cara yang efektif untuk pendidikan emosi adalah memberi peluang dan stimulasi yang memungkinkan para siswa dapat bekerja dengan rasa aman serta penuh percaya diri (Fransesco, 1958).
e) Seni Sebagai Pembinaan Bakat
Pembinaan bakat hanya upaya khusus yang hanya dapat dilaksanakan oleh lembaga-lembaga khusus. Pelaksanaan pembinaan bakat hanya diberikan kepada sekelompok kecil manusia / anak berpembawaan.
 |
Karya anak SD yang menjadi juara Lomba melukis |
Guru harus menyadari betul bahwa jumlah anak berpembawaan di kelasnya sangat kecil. Untuk itu guru harus mengupayakan agar siswa berpembawaan dapat dibina dan tidak terpenggal kreatifitasnya. Setidaknya keberadaan bakat seninya dapat dipantau sejak awal, sehingga guru dapat mengarahkan dan pada saatnya dapat dipertajam kemampuanya atau diarahkan sesuai bakatnya kedalam jenjang yang lebih tinggi.
Semoga artikel sederhana tentang fungsi pendidikan seni ini bermanfaat. Silakan mengunjungi pembahasan menarik yang lainnya :
Juga artikel penting lainnya menanti kunjungan Anda. Terimakasih. Sampai jumpa lagi.