Jumat, 22 Sep 2023
Beranda
Cari
Menu
Bagikan
Lainnya
8 Sep 2016 13:02 - 5 menit membaca

Model pembelajaran seni rupa pada anak usai dini

Bagikan
Pembaca yang berbahagia, usia dini adalah masa emas untuk memacu tumbuh kembangnya segala potensi anak, baik itu fisik motorik, kognitif, sosial emosi dan lain sebagainya. Tumbuh kembangnya potensi ini tidak datang dengan sendirinya, melainkan perlu adanya kurikulum yang disusun secara illmiah dan sistematis berdasarkan pada taraf tumbuh kembang anak. Juga harus memberikan pengalaman pendidikan yang berkesan bagi anak, yaitu pendidikan seni  rupa. Aktifitas seni rupa yang bisa diaplikasikan untuk kegiatan pembelajaran anak usia dini, antara lain : 
1. Menggambar -Pada umumnya anak sangat menyukai kegiatan mencorat-coret atau menggambar,.Dengan bimbingan pendidik yang tepat, anak akan semakin termotivasi melakukan kegiatan ini. Bahkan, gambar adalah salah satu bentuk bahasa. Tahap perkembngan anak dapat dilihat dari cara menggambar dan hasil gambar.
Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dengan kata lain, gambar merupakan salah satu bentuk bahasa. Ada 3 tahap perkembangan anak yang dapat dilihat berdasarkan hasil gambar dan cara anak menggambar, yaitu :

Pertama, tahap mencorat-coret sembarangan. Biasanya ini terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Pada tahap ini si kecil  belum bisa mengendalikan aktivitas motoriknya sehingga coretan yang dibuat masih berupa goresan-goresan tidak beratutan.

Tahap kedua, tahap mencoret terkendali. Biasanya juga terjadi pada anak usia 2-3 tahun. Pada tahap ini anak sudah mulai menyadari adanya koordinasi antara gerakan tangan dengan hasil goresan. Maka berubahlah goresan menjadi bentuk garis panjang, kemudian betuk lingkaran-lingkaran.

Tahap ketiga, pergelangan tangan anak semakin luwes. Biasanya terjadi pada anak usia 3 ½ – 4 tahun. Mereka sudah terampil menguasai gerakan tangan sehingga hasil goresannya sudah lebih baik.

Adapun tujuan kegiatan menggambar pada anak usia dini adalah :

1. Mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri dengan maksimal.
2. Mengembangkan daya kreativitas anak.
3. Mengembangkan ketrampilan berbahasa
4. Mengembangkan jiwa percaya diri dan citra diri anak
2. Finger Painting atau Lukisan dengan Jari -Kegiatan melukis dengan jari  atau finger painting sangat digemari anak, mereka akan mendapatkan kesan pembelajaran yang mendalam dengan metode ini. Tujuan dari kegiatan seni rupa dengan model  ini adalah :
– Sarana mengembangkan motorik halus anak yang melibatkan gerak otot-otot kecil dan kematangan syaraf.
– Mengenalkan konsep warna primer, yaitu : merah, kuning, biru. Bahkan, dengan  warna-warna yang terang tersebut, kita bisa mengetahui kondisi emosi anak : sedang riang gembira, gundah gulana, dan kondisi emosi lain mereka.
– Mengenalkan konsep pencampuran warna primer, sehingga dihasilkan warna sekunder dan tersier.
– Mengenalkan estetika keindahan warna.
– Melatih imajinasi dan jiwa kreatifitas anak.

Ada beberapa teknik dalam kegiatan finger painting :
• Menggunakan teknik basah, yaitu :kertas dibasahi dulu.
• Menggunakan teknik kering, kertas tidak usah dibasahi
3. Melukis -Pembelajaran melukis dapat diawali pada anak yang telah berusia 4-6 tahun atau usia TK. Sarana yang dipakai untuk melukis pada anak usia dini biasanya cat air, cat minyak, atau lainnya. Saat pembelajaran melukis anak-anak biasanya belajar sambil berkomunikasi dengan temannya. Percakapan mereka biasanya adalah tentang warna-warna yang mereka hasilkan. Sambil berujicoba dengan mencampur warna-warna, anak-anak bermain elemen seni ini dengan carga yang rileks. Hal ini akan membuat mereka mengekspresikan sesuatu yang bersifat pribadi dalam lukisannya. Berbeda dengan anak yang berusia 7 dan 8 tahun, ciri khas kelompok umur mereka adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kehidupan pribadi mereka. Anak-anak biasanya membuat tema lukisan tentang suasana hati, baik yang riang, gundah atau bersemangat. Suasana hati mereka biasanya disampaikan lewat warna. Mereka belajar bagaimana menggunakan warna sekunder yang serasi yang dapat membantu mengungkapkan imajinasinya.
4. Kolase -Kolase adalah penyusunan beraneka macam bahan pada sehelai kertas yang ditata. Anak-anak biasanya memilih dan mengatur potongan bentuk dari kertas, kain, bahan-bahan berstektur, lalu meletakkannya di tempat yang mereka sukai. Sebagai bagian dari pengalaman mereka bisa membuat keputusan sendiri tentang penggunaan warna, ukuran dan bentuk yang serasi.
Ada beberapa macam kolase, misalnya :
*Kolase dengan kertas dan kain
*Kolase dengan tekstur
5. Mencetak -Mencetak bisa dilakukan anak berbagai usia, mulai dari anak usia 5 tahun. Kadang si kecil akan menemukan idenya sendiri. Mencetak yang formal membutuhkan pelat atau stempel. Stempel tersebut memuat gambar-gambar yang ditimbulkan, yang diberi tinta dan kemudian dipindahkan ke kertas. Stempel cetak yang paling sederhana terbuat dari Styrofoam. Selain murah juga tidak berbahaya bagi anak-anak. Untuk anak yang berusia 5 tahun dan 6 tahun, penting khususnya untuk menugaskan mereka mencetak dihari yang sama. Dengan metode ini mereka sungguh-sungguh bisa memahami prosesnya. Semua anak akan sangat menikmati mengeksplorasi efek-efek yang dihasilkan tekstur ini ketika pelat dicetak.
6. Menjiplak -Sebelum membuat cetakan apapun bentuknya, anak-anak bisa menggunakannya untuk menjiplak. Cukup menempatkan selembar kertas putih diatas permukaan pelat, dengan krayon atau alat tulis lainnya, menggosok-gosokannya bahkan dengan cukup keras untuk mendapatkan gambarnya. Anak-anak akan merasa teknik menjiplak sangat  mengagumkan dan menggunakannya dengan berbagai cara. Uang logam atau koin-koin biasanya menjadi favorit mereka. Anak-anak dengan mudah membuat banyak jiplakan yang bermacam-macam bentuk dari benda yang ditemukan di sekolah. Ini merupakan metode yang bagus untuk membuat anak-anak peka pada lingkungan sekitarnya.
7. Membentuk -Yang dimasksud membentuk adalah mengubah, membangun dan mewujudkan. Bahan yang dipakai untuk kegiatan membentuk ini umumnya adalah bahan-bahan lunak seperti tanah liat, plastisin, malam lilin, playdog dan semisalnya. Tapi dalam pengembangannya, selama tidak menyimpang maksud dari arti kata membentuk tadi, bisa digunakan bahan-bahan lain seperti kertas, karton atau bahan-bahan lembaran yang sekiranya bisa dibentuk. Mereka tidak bosan menggunakan bahan yang lengket, basah dan bisa dibentuk sesuai imajinasi mereka. Anak-anak akan asyik menghabiskan waktu mereka dengan tanah liat.

Demikian uraian singkat tentang model pembelajaran seni rupa pada anak usai dini, penjelasan lebih luas per itemnya, akan kami bahas pada artikel mendatang. Semoga artikel ini bisa  menambah wawasan kita.

- - Apa itu karya 3 dimensi dan contohnya?